Bila dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat material organik mudah terurai menjadi bentuk lain. Sehingga dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang disemprot lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi penggunaan pestisida organik memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.
Produk pangan non-pestisida harganya lebih baik dibanding produk konvensional. Selain itu, pembuatan pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani sehingga menghemat pengeluaran biaya produksi. Keempat, penggunaan pestisida organik yang diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.
Namun ada beberapa kelemahan dari pestisida organik, antara lain kurang praktis. Pestisida organik tidak bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus segera diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya setiapkali akan melakukan penyemprotan. Selain itu, bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan dalam jumlah dan kontinuitas yang cukup. Dari sisi efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak secepat pestisida kimia sintetis. Perlu waktu dan frekuensi penyemprotan yang lebih sering untuk membuatnya efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan terhadap sinar matahari dan hujan. Namun seiring perkembangan teknologi pertanian organik akan banyak inovasi-inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi hambatan itu.
Bahan baku pestisida organik
Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida organik biasanya mengandung zat aktif dari kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia lainnya. Bahan aktif ini bisa mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti penghalau (repellent), penghambat makan (anti feedant), penghambat pertumbuhan (growth regulator), penarik (attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan, pestisida organik yang terbuat dari bagian hewan biasanya berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga diketahui bisa mengendalikan hama yang bisa dipakai untuk membuat pestisida. Berikut ini beberapa bahan yang sering digunakan untuk membuat pestisida organik :
Jenis
Tanaman
|
Bagian
yang digunakan
|
Hama/Penyakit
yang dikendalikan
|
Adas
|
Biji
|
Kutu
(beras, sereal, palawija)
|
Alang-alang
|
Rimpang
|
Antraknosa
pada buncis
|
Babandotan
|
Seluruh
tanaman
|
Nematode
pada kentang
|
Bawang-bawangan
|
Umbi
|
Busuk
batang pada panili
|
Bengkoang
|
Biji
|
Ulat pada
kubis
|
Brotowali
|
batang
|
Lalat
buahKutu aphids pada cabe
|
Cabe
|
buah
|
Hama tikus
pada tanaman hias
|
Cengkeh
|
bunga
|
Phytopthora pada lada
|
Daun wangi
|
Daun
|
Lalat
buah, bactrocera dorsalis
|
Gadung
|
Umbi
|
Tikus/rodentisida
|
Jahe
|
Rimpang
|
Ulat Plutella
xylostella pada kubis
|
Jambu mete
|
Kulit
|
Ulat jambu
mete
|
Jambu biji
|
Daun
|
Antraknosa
|
Jarak
|
Buah dan
daun
|
Namatoda
pada nilam dan jahe, Lalat penggerek daun pada tanaman terung-terungan
|
Jengkol
|
Buah
|
Walangsangit
pada cabe
|
Jeruk
nipis
|
Daun
|
Busuk
hitam pada anggrek
|
Kacang
babi
|
Biji
|
Ulat pucuk
|
Kayu manis
|
Daun
|
Pestisida
organic
|
Kemangi
|
Daun
|
Busuk
hitam pada anggrek
|
Kencur
|
Rimpang
|
Phytoptora pada lada
|
Acubung
|
Bunga
|
Kutu, ulat
tanah
|
Kenikir
|
Bunga
|
Walangsangit
|
Kunyit
|
Rimpang
|
Phytoptora pada lada
|
Lada
|
Biji, daun
|
Hama
gudang, Antraknosa pada cabe
|
Lengkuas
|
Rimpang
|
AntraknosaSemut
pada lada
|
Mimba
|
DaunBiji
|
Antraknosa
pada buncis dan cabe, Phytoptora pada tembakau, Belatung,
Pengisap polong pada kedelai, Hama pengetam pada kelapa
|
Mindi
|
Daun
|
Ulat
penggerek
|
Mahoni
|
Biji
|
Kutu daun
pada krisanUlat tanah, Walangsangit, wereng coklat
|
Pacar cina
|
Daun
|
Spodoptera
litura pada
kedelai dan kubis
|
Pahitan/kipahit
|
Daun
|
Serangga Tribolium
castaneum
|
Patah
tulang
|
Daun
|
Molusca
|
Pandan
|
Daun
|
Walangsangit
|
Piretrum
|
Bunga
|
Hama
gudang
|
Saga
|
Biji
|
Hama
gudang sitophilus sp
|
Selasih
|
Daun
|
Lalat buah
( dacus correctus)
|
Sembung
|
Daun
|
Keong emas
|
Sereh
|
Batang,
daun
|
Herbisida
organic
|
Sirih
|
DaunAbu
|
Antraknosa
pada cabeTMV pada tembakau, Hama gudang
|
Srikaya
|
Biji
|
Thrips
pada sedap malam, Kutu daun pada kedelai, kacang panjang, jagung, kapas,
tembakau
|
Sirsak
|
Biji, daun
|
Wereng
coklat pada padi
|
Tembakau
|
Daun,
batang
|
Ulat
grayak pada famili terung-terungan (tomat, cabe, paprika, terung),
Walangsangit
|
Tembelekan
|
Biji
|
Ulat
grayak Spodoptera litura pada kedelai, Penggerek polong
|
Tuba
|
akar
|
Keong mas,
Hama gudang
|
Macam pestisida organik dan cara membuatnya
Ada berbagai cara atau resep untuk membuat pestisida organik. Hingga saat ini tidak ada standardisasi pembuatan pestisida organik. Resep-resep pestisida organik biasanya didapatkan dari pengalaman para petani, kearifan lokal masyarakat, hasil percobaan para praktisi dan berdasarkan penelitian ilmiah. Berikut ini beberapa cara membuat pestisida organik yang sering digunakan para petani untuk mengendalikan hama dan penyakit.
a. Pengendali serangga penghisap (kepik dan kutu-kutuan)
Siapkan bahan-bahan berikut, daun surian 1 kg, daun tembakau
1kg, daun lagundi 1 kg, daun titonia 1 kg, air kelapa sebanyak 2 liter, gambir
0,5 ons, garam dapur 1 ons dan air panas 500 ml. Kemudian siapkan penumbuk dari
batu. Tumbuk daun tembakau, daun surian daun lagundi dan daun titania, aduk
hingga rata. Apabila sudah lembut, rendam dalam air kelapa dan aduk-aduk.
Kemudian ekstrak campuran tersebut dengan cara diperas dengan kain. Saring
kembali hasil perasan dan tambahkan garam lalu kocek larutan. Siapkan cairan
gambir dengan cara melarutkan setengah ons gambir dalam 500 ml air panas, lalu
saring dengan kain halus. Langkah terakhir campurkan larutan daun-daunan dan
larutan gambir. Masukkan dalam botol atau jerigen plastik. Ramuan pestisida
organik siap untuk digunakan.
Cara menggunakan pestisida organik ini adalah dengan mengencerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Lakukan penyemprotan pada pucuk tanaman terlebih dahulu kemudian permukaan atas dan bawah daun. Frekuensi penyemprotan dianjurkan dua kali seminggu hingga populasi larva atau kutu berkurang dan tidak membahayakan lagi.
b. Pengendali ulat pemakan daun
Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2
liter, ragi tape 1 butir, bawang putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan kapur tohor
4 ons. Langkah pertama adalah tumbuk bawang putih hingga halus. Kemudian
larutkan deterjen kedalam air kelapa dan aduk hingga merata. Setelah itu,
masukan hasil tumbukan bawang putih, ragi tape dan kapur tohor. Saring campuran
tersebut dengan kain halus. Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20
hari dalam wadah tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap digunakan.
Cara penggunaan, encerkan larutan pestisida organik sebanyak 500 ml dengan 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Frekuensi penggunaan sebanyak 2 kali seminggu, lakukan terus sampai serangan ulat menurun sampai taraf aman.
c. Pengendali penyakit cendawan atau jamur
Siapkan bahan-bahan berikut, daun dakinggang gajah 5 ons,
lengkuas 3 ons, jahe 3 ons, bawang putih 3 ons dan ekstrak titonia 3 liter.
Tumbuk daun galinggang gajah, kemudian parut jahe dan lengkuas. Siapkan larutan
daun titonia dengan cara menumbuk daun titonia hingga halus dan campurkan
dengan 3 liter air, kemudian saring dengan kain halus. Setelah itu, masukkan
bahan-bahan yang telah ditumbuk dan diparut ke dalam larutan titonia, aduk
hingga merata. Saring dan peras campuran tersebut. Pestisida organik pengendali
cendawan atau jamur siap digunakan.
Penggunaan, encerkan 500 ml pestisida organik ini dengan 10 liter air, aduk hingga rata dan masukkan kedalam tangki semprotan. Penyemprotan dilakuan pada seluruh bagian tanaman seperti pucuk, daun dan batang. Frekuensi penggunaan yang dianjurkan 2 kali dalam seminggu hingga serangan melemah.
d. Pengendali penyakit yang disebabkan bakteri
Siapkan bahan-bahan berikut, daun sirih satu ikat, kunyit 2
ons, bawang putih 3 ons dan ekstrak daun titonia 3 liter. Tumbuk bahan-bahan
tersebut satu per satu atau secara bersamaan. Rendam dalam ekstrak daun titonia
selama beberapa menit, kemudian saring dengan kain halus. Pestisida pengusir
bakteri siap digunakan. Cara penggunaannya dengan mengencerkan 500 ml larutan
dalam 10 liter air. Frekuensi penggunaan 2 kali dalam seminggu.
e. Pengendali serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu
Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5
ons, air kelapa 3 liter dan air bersih panas 500 ml. Daun inggu dan bunga tahi
ayam ditumbuk hingga halus dan rendam dalam air kelapa. Peras dan saring
campuran tersebut. Lalu siapkan larutan gambir dengan air panas yang sudah
disaring. Camprkan dual larutan tersebut, pestisida organik daun inggu siap
digunakan.
Cara penggunaan, 1 liter pestisida organik diencerkan dengan
10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot.
Semprot seluruh bagian tanaman, frekuensi penyemprotan seminggu dua kali.
f. Pengendali antraknosa pada tanaman cabe
Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons;
daun thitonia 2,5 ons; daun lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan gambir 3 buah.
Tumbuk halus daun galinggang, tembakau,thitonia dan daun lagun. Kemudian
masukan kedalam ember yang berisi 1 liter air bersih, lalu tambahkan garam dan
biarkan selama satu malam. Setelah itu saring larutan tersebut dan peras airnya
sampai kering. Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air panas dan
campurkan kedalam larutan, aduk hingga merata. Pestisida organik untuk
mengendalikan antraknosa yang biasa menyerang tanaman cabe siap digunakan.
Cara menggunakannya, masukkan larutan di atas ke dalam tangki semprot 15 liter. Penuhkan dengan air bersih dan aduk-aduk. Penggunaan pestisida organik ini sebiknya dilakukan sejak tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali. Kemudian amati tanaman, apabila ada buah cabe yang terserang antraknosa segera dipetik dan dibuang keluar lahan. Hendaknya penyemprotan dilakukan pagi atau sore hari. Air semprotan harus berbentuk kabut biar merata dan teknik penyemprotan dilakukan dari bawah ke atas. Pada musim hujan kita bisa menambahkan garam sebanyak 2,5 ons lagi pada larutan.
Berdasarkan pengalaman, pestisida organik ini bisa mengendalikan serangan antraknosa sampai 80 %. Ramuan tidak tahan lama dan masih bisa dipakai selagi aromanya masih khas. Apabila aromanya sudah berubah maka kemampuannya pun sudah menurun. Sebaiknya dibuat setiap kali kita akan memakai.
Semoga
Bermanfaat. @Andumberkah
Informasi & Konsultasi : SMS / WA 081233198971
Informasi & Konsultasi : SMS / WA 081233198971
No comments:
Post a Comment