Keseriusan pihak Belanda akan mengembangkan tanaman cabai di Banyuwangi terlihat dari kedatangan Executive Director Indonesian Benelux Chamber of Commerce, Peter A. Halm.
Ia menganggap, Banyuwangi memiliki
beberapa kebaikan dan potensi pertanian yang unggul.
"Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin mengembang
industri pertanian di sini. Kami juga siap mentransfer ilmu dan teknologi di
sini," kata Peter A. Halm, Jum'at (17/2/2017).
Sejalan dengan Halm, Ketua Komite
Tetap Holtikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Karen
Tambayong, mengatakan, pihak Belanda bakal mengembangkan cabai unggulan.
”Mengapa
kami memilih Banyuwangi? Karena kami melihat pertanian di sini sangat maju.
Maka dengan menggandeng Kadin dari Belanda, kami ingin menanam bibit unggulan
yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pertanian Belanda di Banyuwangi,"
ujar Karen.
Nantinya, kata Karen, prosesnya akan
dilakukan berdasarkan teknologi pertanian modern. Ini juga dilihat dari basis
hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika
pangan, dan pengolahan pangan.
"Banyuwangi tempat yang cocok
untuk investasi, karena semua sudah siap. Mulai dari infrastruktur, lahan masih
tersedia," ungkapnya.
Sementara itu, Kabupaten Banyuwangi
terus memantapkan diri sebagai sentra produksi cabai nasional. Ditambah, dengan
upaya pengembangan pertanian bersama pihak Belanda akan membuat sektor ini akan
lebih baik didukung dengan teknologi yang baik pula.
”Alhamdulillah,
hari ini kami bertemu perwakilan Benelux Chamber of Commerce, teman-teman Kadin
Belanda, yang didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan
Industri) Indonesia. Kami bahas pengembangan cabai di wilayah utara Banyuwangi,
tepatnya di Kecamatan Wongsorejo. Lahannya sudah disiapkan, ada ratusan hektare,”
ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seusai pertemuan di Banyuwangi.
Anas menambahkan, dengan adanya
pengembangan budidaya cabai melibatkan Belanda, Pemkab Banyuwangi berharap dibangun
juga aspek hilirnya. Artinya, hasil cabai akan langsung diolah yang bisa
memberi nilai tambah ke petani dan pelaku usaha.
”Saya
berharap hilirisasi di sana juga, jadi di wilayah utara itu nanti basisnya
agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah susah karena
permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya agar ekonomi
tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau agroindustri yang
bernafaskan pemberdayaan petani,” papar Anas.
Anas optimistis, sinergi dengan Belanda
ini akan semakin mengukuhkan posisi Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional.
”Jadi
di wilayah Banyuwangi utara yang relatif kering kan selama ini sudah kita
kembangkan cabai dengan sistem irigasi hemat air, dan itu berhasil cukup bagus.
Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi,” jelasnya.
Di Banyuwangi, luas lahan yang
digunakan untuk produksi cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai
1.003 hektar, meningkat menjadi 1.254 hektar pada 2015. Demikian pula luas
lahan cabai kecil meningkat dari 2.298 hektar menjadi 2.970 hektar.
Dari sisi produksi, pada 2010,
produksi cabai baru berkisar 5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015
menjadi 14.684 ton. Adapun produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton. ”Produktivitas cabai Banyuwangi termasuk yang
tertinggi di Indonesia,” pungkas Anas. (rin/ted).
Sumber asli berita : http://www.beritajatim.com/ekonomi/290384/belanda_coba_tanam_cabai_di_banyuwangi.html
Semoga Bermanfaat. @Andumberkah
Pesan: Marilah kita memulai memanfaatkan Teknologi Modern dengan Bioteknologi Hayati BIOBOOST produk Asli Indonesia Formulasi Jerman.
No comments:
Post a Comment