Sunday, February 19, 2017

BELANDA coba Tanam Cabai di BANYUWANGI

Banyuwangi (beritajatim.com)  -

Keseriusan pihak Belanda akan mengembangkan tanaman cabai di Banyuwangi terlihat dari kedatangan Executive Director Indonesian Benelux Chamber of Commerce, Peter A. Halm.

Ia menganggap, Banyuwangi memiliki beberapa kebaikan dan potensi pertanian yang unggul.

"Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin mengembang industri pertanian di sini. Kami juga siap mentransfer ilmu dan teknologi di sini," kata Peter A. Halm, Jum'at (17/2/2017).

Sejalan dengan Halm, Ketua Komite Tetap Holtikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Karen Tambayong, mengatakan, pihak Belanda bakal mengembangkan cabai unggulan.

Mengapa kami memilih Banyuwangi? Karena kami melihat pertanian di sini sangat maju. Maka dengan menggandeng Kadin dari Belanda, kami ingin menanam bibit unggulan yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pertanian Belanda di Banyuwangi," ujar Karen.

Nantinya, kata Karen, prosesnya akan dilakukan berdasarkan teknologi pertanian modern. Ini juga dilihat dari basis hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan pengolahan pangan.

"Banyuwangi tempat yang cocok untuk investasi, karena semua sudah siap. Mulai dari infrastruktur, lahan masih tersedia," ungkapnya.

Sementara itu, Kabupaten Banyuwangi terus memantapkan diri sebagai sentra produksi cabai nasional. Ditambah, dengan upaya pengembangan pertanian bersama pihak Belanda akan membuat sektor ini akan lebih baik didukung dengan teknologi yang baik pula.

Alhamdulillah, hari ini kami bertemu perwakilan Benelux Chamber of Commerce, teman-teman Kadin Belanda, yang didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia. Kami bahas pengembangan cabai di wilayah utara Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Wongsorejo. Lahannya sudah disiapkan, ada ratusan hektare,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seusai pertemuan di Banyuwangi.

Anas menambahkan, dengan adanya pengembangan budidaya cabai melibatkan Belanda, Pemkab Banyuwangi berharap dibangun juga aspek hilirnya. Artinya, hasil cabai akan langsung diolah yang bisa memberi nilai tambah ke petani dan pelaku usaha.

Saya berharap hilirisasi di sana juga, jadi di wilayah utara itu nanti basisnya agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah susah karena permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya agar ekonomi tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau agroindustri yang bernafaskan pemberdayaan petani,” papar Anas.

Anas optimistis, sinergi dengan Belanda ini akan semakin mengukuhkan posisi Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional.

Jadi di wilayah Banyuwangi utara yang relatif kering kan selama ini sudah kita kembangkan cabai dengan sistem irigasi hemat air, dan itu berhasil cukup bagus. Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi,” jelasnya.

Di Banyuwangi, luas lahan yang digunakan untuk produksi cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai 1.003 hektar, meningkat menjadi 1.254 hektar pada 2015. Demikian pula luas lahan cabai kecil meningkat dari 2.298 hektar menjadi 2.970 hektar.

Dari sisi produksi, pada 2010, produksi cabai baru berkisar 5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015 menjadi 14.684 ton. Adapun produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton. ”Produktivitas cabai Banyuwangi termasuk yang tertinggi di Indonesia,” pungkas Anas. (rin/ted).


Semoga Bermanfaat. @Andumberkah

Pesan: Marilah kita memulai memanfaatkan Teknologi Modern dengan Bioteknologi Hayati BIOBOOST produk Asli Indonesia Formulasi Jerman.

No comments: