APA ITU SRI
?
Adalah Cara Budidaya Tanaman Padi yang intensif dan
efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada
pengelolaan : Tanah, tanaman dan Air . Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi
yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi, ini hanya akan
dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan : Tanah, Tanaman
dan Air.
DASAR
PEMAHAMAN PRAKTEK SRI
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata
bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan
menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian tidak tergenang akar
akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi/makanan
sebanyak-banyaknya.
BAGAIMANA
BUDIDAYA TANAMAN PADI CARA SRI ?
Persemaian Untuk SRI dapat ditanam pada pipiti
(Besek), kotak, plastik atau nampan hal ini memudahkan untuk pengamatan dan
seleksi benih yang terus-menerus dapat dilakukan. Kebutuhan pipiti adalah 60-70
buah ukuran 15 x 15 Cm per 0,14 Ha (100 bata) (420 – 490 buah per Ha). Tanah
dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan
perbandingan 1 : 1. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah. Kebutuhan benih
per 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg (4,9 – 7 Kg per Ha). }
Cara Tanam Benih ditanam pada umur 7 – 10 hari setelah semai.
Jumlah bibit perlubangnya hanya satu (tanam tunggal), dasar pemikirannya adalah
ketika bibit ditanam banyak maka akan bersaing satu sama lain dalam hal
nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Bibit ditanam dangkal dan perakaran
horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tekuk ke atas maka
bibit memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru
akan tumbuh dari ujung tersebut. }
Jarak Tanam Berdasarkan pengalaman SRI, baik jika ditanam
dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm.
Dengan jarak tanam lebar dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, karena
persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi/makanan semakin berkurang. }
Pemupukan, Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk
hayati BIOBOOST, untuk pupuk organik berasal dari bahan organik seperti hijauan
(jerami, batang pisang dan sisa tanaman lainnya, kotoran hewan : kambing, sapi,
ayam, kelinci dan kerbau), serta limbah organik. Bahan-bahan tersebut lebih
baik dikomposkan. Untuk memperkaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman, untuk
membantu mempercepat penghancurannya (Dekomposisi) sebaiknya dikembangkan
proses permentasi dan pengelolaan Micro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari
tulang-tulang ikan, limbah kotoran hewan, buah-buahan, sebagai campurannya
menggunakan air beras, air kelapa dan sebagai bahan pengawetnya dicampur air
tebu, air nira, lahang/gula yang fermentasi selama 15 hari atau bisa juga
menggunakan BIOBOOST. Kebutuhan pupuk organik adalah 5 – 7 ton per Ha dengan
catatan jerami yang ada di lahan dikembalikan ke dalam tanah.
Pengelolaan Air Dan Penyiangan Umur padi vegetatif keadaan lahan
dalam kondisi lembab (air kapasitas lapang), Sebelum penyiangan sebaiknya lahan
digenangi 2 – 3 cm beberapa jam untuk memudahkan penyiangan pada umur 7 – 10
hari setelah tanam. Selanjutnya penyiangan dilakukan selang waktu sepuluh hari
sebanyak minimal 3 kali penyiangan. Dengan pengelolaan air dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan penyiangan, Pada saat anakan maksimum kurang lebih umur
tanaman 47 –55 hari setelah tanam sebaiknya lahan dalam kondisi kering selama
10 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat proses pertumbuhan vegetatif dan
menghemat keadaan nutrisi untuk tidak digunakan dalam pertumbuhan tunas yang
tidak produktif dan menghambat tanaman tidak terlalu tinggi,setelah sepuluh
hari dikeringkan, kondisi lahan kembali macak – macak selama masa pertumbuhan
malai, bulir, pengisian bulir hingga bernas, selanjutnya air dikeringkan kembali
hingga saatnya panen. }
Pengendalian Hama Pada saat terjadi perubahan populasi serangga menjadi
populasi yang merusak dan merugikan (hama), dilakukan dengan jurus –
jurus konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh dengan
berprinsip pada : (1) Budidaya tanaman sehat, (2) Pendayagunaan
fungsi musuh alami, (3) Pengamatan berkala dan (4) Petani
ahli PHT serta tidak menggunakan pestisida
sintetis (buatan pabrik). }
Produksi Berdasarkan kajian oleh petani/kelompok tani di
beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, hasil produksi SRI 6,8 – 9,2 ton/ha
GKP. Dibeberapa studi yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kec. Parung ponteng)
muncul produksi 12, 48 ton/ha GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari) 13,76
ton/ha GKP, Kabupaten Garut (Kec. Bayongbong) 12,00 ton/ha GKP .
Semoga
Bermanfaat. @Andumberkah
Informasi & Konsultasi : SMS / WA 081233198971
Informasi & Konsultasi : SMS / WA 081233198971
Join Distributor BIOBOOST